Apa bedanya anak aktif dan hiperaktif?
Anak aktif
memiliki kecenderungan menjadi anak cerdas. Sedangkan hiperaktif menunjukkan
adanya disfungsi neurologis.
Anak yang sekedar
aktif pada otaknya tidak terdapat gangguan. Hanya saja energy yang terkumpul
berlimpah dan si anak berkeinginan untuk selalu bergerak sehingga ia mempunyai
mobilitas yang cukup tinggi dibandingkan anak lain. Secara kasat mata, anak
aktif dan hiperaktif memiliki kesamaan perilaku, padahal kalau ditelaah lebih
lanjut ada perbedaannya, diantaranya yaitu:
- Fokus (perhatian kuat). Anak aktif memiliki kemampuan kuat untuk memfokuskan perhatian. Ketika bermain puzzle misalnya, anak aktif cenderung melakukan problem solving dengan baik. Berbeda dengan anak hiperaktif yang umumnya cepat bosan sehingga tidak bisa menyelesaikannya atau hanya mempermainkannya saja.
- Lebih larut. Sikap menentang pada anak aktif tidak sekuat pada anak hiperaktif. Ia masih bisa diberitahu dan dapat mematuhinya dengan lebih baik. Misalnya ketika dilarang untuk tidak merusak mainan dengan memberikan alasannya, anak aktif mau berusaha mematuhi. Mainan seperti mobil-mobilan atau boneka akan dimainkan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
- Konstruktif. Ketika diberikan mainan, puzzle umpamanya, si aktif akan berusaha melakukan hal sesuai permintaan. Setidaknya, ia akan berusaha untuk menyusun secara konstruktif permainan tersebut. Demikian pula terhadap mainan lain, anak aktif mau memelihara dengan baik benda-benda yang dimilikinya.
- Ada waktu lelah. Anak aktif umumnya memiliki batas obilitas. Ketika merasa lelah, dia akan menghentikan kegiatannya dan beristirahatnya sangat sedikit sehingga kesannya tidak pernah lelah seperti anak hiperaktif.
- Lebih sabar. Anak aktif mempunyai kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan anak hiperaktif. Ketika menyelesaikan puzzle misalnya, anak berusaha dengan keras dan sabar untuk menyelesaikannya dengan tuntas. Hal ini berkaitan dengan daya kreativitas yang biasanya tidak dimiliki anak hiperaktif.
- Intelektualitas tinggi. Anak aktif mempunyai kecenderungan menjadi cerdas. Ia memiliki tenaga, rasa ingin tahu, dan kesempatan yang lebih besar untuk mengetahui hal-hal barunya kesempatan ini dimanfaatkan orangtua untuk menstimulasi anak dengan sebaik-baiknya.
Sumber: Ngatini. 2011.
Selayang Pandang Autisme dan Penanganannya “Sebuah Gambaran Awal”.
Pandeglang: Balai Pelayanan Pendidikan Khusus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar