Kamis, 08 Desember 2016

Perilaku Politik, Budaya Politik, dan Pendidikan



Bulan Mei kita pandang sebagai bulan pendidikan. Pada bulan Mei kita berpikir dan merenung tentang pendidikan kita. Dalam dunia pendidikan kita ini dihadapi dengan perasaan campur baur. Ada hal-hal yang menimbulkan rasa bangga, tetapi ada pula yang menimbulkan rasa sedih dan iba.
            Ditengah kesibukan menggagas pendidikan, kita dikejutkan dengan aneka peristiwa politik yang menampakkan wajah jelek dunia politik kita kini, seperti kerusuhan dalam rangka pilkada, bupati terpilih yang digugat, kongres partai politik yang dinamakan islah, tetapi penuh percekcokan, dan pernyataan tokoh-tokoh politik yang tidak jelas.
            Lalu muncul pertanyaan, “masih adakah yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan guna menjamin datangnya generasi politik yang lebih santun dan lebih bertanggungjawab dimasa depan yang tidak terlampau jauh?”
            Sumber perilaku politik pada dasarnya adalah budaya politik, yaitu kesepakatan antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Suatu budaya politik biasanya berlaku selama periode tertentu. Ketika datang perubahan penting dalam konstelasi politik, terbukalah kesempatan untuk memperbarui budaya politik.
            Di Negara kita, budaya politik para perintis kemerdekaan berbeda dari budaya poliyik di zaman demokrasi parlementer, dan ini berbeda dengan budaya politik yang tumbuh dalam zaman Orde Baru. Zaman reformasi ini juga melahirkaan budaya politik baru, yang kemudian melahirkan perilaku politik yang menyusahkan banyak orang. Sementara dikalangan budaya politik kita disebut dengan “budaya politik aji mumpung”.
            Budaya politik dibentuk dan dikembangkan oleh perilaku politik dan apa yang akan ditentukan oleh perilaku politik sebagai ciri-ciri utama budaya politik mereka sampai batas tertentu, dipengaruhi oleh pendidikan mereka. Jadi, hubungan antara budaya politik dan pendidikan bersifat tidak langsung.
            Ini berarti pendidikan tidak secara final membentuk pelaku politik. Pendidikan memberikan dasar-dasar kepada tiap calon pelaku politik. Jika dasar-dasar ini baik dan kokoh, besar kemungkinan akan lahir pelaku-pelaku politik yang baik. Namun, jika dasar-dasar yang diberikan oleh pendidikan jelek dan rapuh, kemungkinan besarnya ialah yang akan muncul dikemudian hari adalah pelaku-pelaku politik yang jelek dan rapuh pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar