Kamis, 08 Desember 2016

Cara Membaca Puisi yang Baik



Penguasaan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan dengan baik, akan memudahkan kegiatan pembacaan puisi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut.
            Lafal atau pelafalan adalah suatu usaha atau cara pengucapan bunyi bahasa, baik suku kata, kata, frasa, maupun kalimat sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Nilai keindahan suatu kata terlihat dalam dua hal, yaitu keindahan bunyinya dan keindahan maknanya. Kedua nilai keindahan itu melekat erat pada kata secara alami.
            Kata yang memeiliki sifat keindahan disebut efoni. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh bentuk bunyi vocal dan konsonannya serta susunan bunyi vocal dan konsonannya. Bunyi vocal ialah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh getaran pita suara dan tanpa penyempitan dalam saluran suara pada bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Bunyi konsonan ialah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada saluran suara diatas celah di antara kedua selaput suara.
            Intonasi dalam pembacaan puisi menyangkut ketepatan penyajian tinggi rendah irama puisi. Irama ini dapat diperoleh dengan memerhatikan jenis-jenis tekanan, yaitu tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo. Tekanan dinamik ialah tekanan pada kata yang terpenting menjadi sari kalimat atau bait puisi. Tekanan nada ialah tekanan tinggi rendah, perasaan girang, gembira, marah, keheranan sering menaikkan suara sedang perasaan sedih dengan merendahkan suara. Bagaimana dengan tekanan temponya? Tekanan tempo ialah lambat cepatnya pengucapan suku kata atau kalimat. Baik lafal atau pelafalan maupun intonasi dengan bermacam-macam tekanannya, termasuk faktor kebahasaannya yang harus dikuasai dalam pembacaan puisi.
            Ekspresi juga merupakan faktor nonkebahasaan yang harus dikuasai atau dimiliki oleh pembaca puisi. Faktor ini meliputi sikap, gerak-gerik dan mimic, volume suara, serta kelancaran serta kecepatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar