Senin, 26 Desember 2016

Analogi dalam Pembelajaran



Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan. Dengan kata lain, “analogi” adalah cara penarikan dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik.
            Analogi terdiri atas dua jenis, yaitu analogi induktif; disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Analogi induktif adalah suatu cara berpikir yang didasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu “metode menalar” yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gelaja khusus yang diperbandingkan.
            Maka dapat disimpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
            Analogi memiliki 4 fungsi berikut:

  1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan 
  2. Meramalkan kesamaan 
  3. Menyingkapkan kekeliruan 
  4. Klasifikasi.

Analogi deklaratif merupakan suatu “metode menalar” untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah diketahui secara nyata dan dipercaya.

Sumber: Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

1 komentar: